Friday, July 26, 2013

aku tak menghitung lagi...

Semalam Jumaat, aku semput. Lima kali aku sedut ventolin milik An-Nur. Barangkali jangkitan semasa menjaga di wad tempoh hari. Waktu menjaga An-Nur hari itu aku kena selesema. Seluruh badan sakit. Aku korbankan puasa bukan kerana aku tidak tahan tetapi aku terpaksa mengambil ubat cegah segera sebelum virus itu singgah di An-Nur. Mujur An-Nur tidak dimasukkan antibiotik dan keluar selepas tiga hari.

Tetapi aku yang lelah dan mengah. Mendukung An-Nur saja buat dada aku sempit. Setiap dua jam aku rasa nafas pendek. Paling sakit apabila aku cuba batuk untuk keluarkan kahak yang pekat di paru-paru, batuk menekan urat-urat keliling kepala.

Sham berniaga. Itu kepandaiannya. Aku tidak boleh menjaja. Aku hanya pandai memegang pen dan warna. Lalu aku ambil tugas menjaga An-Nur. malam tadi sepulang dari berniaga Sham menemani aku ke klinik. Aku ambil nebuliser dan diberi beberapa ubat termasuk antibiotik.

Hari ini bukan aku tak mampu bertahan untuk berpuasa. Semalam aku bertahan walaupun lima kali aku sedut gas. Tapi hari ini aku korbankan untuk memenuhi dos ubat agar aku tak semput. Agar aku boleh dukung An-Nur, mandikan dia, suapkan susu dan nasi.

Dan Sham berhujan panas mencari rezeki. Aku mencari rezeki dengan karya yang bakal terbit tak lama lagi. Inilah kita. Mencari rezeki. Aku tidak menghitung lagi hari ke berapa puasa...

Lalu aku teringat puisi Wiji Thukul:-

Dengan Apa Kutebus Anakku

anak kami lahir
kemarin semalam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal murah
berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

pagi ini
mestinya aku di sana
membantu binniku cucicuci popok
atau memapahnya ke kamar mandi
tapi mana bisa
sebab aku harus berangkat kerja

tak kerja tak terima upah tak punya
uang
dengan apa kutebus bayiku?

hari ini mestinya aku di sana
membopong bayiku yang dikembani
jarik
agar biniku bisa enak beristirahat
tapi mana bisa
sebab jam delapan tepat
aku harus sudah tiba di tempat
kerja kerja ya kerja

tak kerja tak terima upah tak punya
uang
dengan apa kutebus bayiku?

sekarang aku mestinya di sana
mencium pipi bayiku yang merah
memeluk biniku yang masih lelah
tapi aku tak bisa
sebab aku harus lembur
aku lelah aku lelah

anak kami lahir
kemarin malam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal murah
berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal murah
tidak seperti bayi di ruang sebelah
ruangannya lain baunya lain
hawanya lain cahayanya lain
kamarnya lapang suasananya tenang
karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal murah
jejer jejer seperti para korban perang

kata perawat yang kemarin malam
tugas jaga
tarif kamar bayi kami itu murah
tapi tetap masih mencekik juga
sebab untuk nebus bayi kami
kami harus mengganti
dengan kerja
8 jam x 40 hari
8 jam
setiap hari
8 jam dari umur kami setiap hari
dicuri

puluhan tahun kami bekerja
setiap hari
kalian merampas sarinya
sari-sari peluh kami
kalian terus peras kami
kalian terus peras
sari-sari bebuahan
vitamin
susu
dan gizi-gizi
yang dibutuhkan tulang-tulang
otot dan jantung bayi
buah hati kami

                        kampung kalangan 26/5/94



bakal terbit! 

No comments: